Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2020

Stigma

Kita hidup di lingkungan dengan stigma bahwa "angka" menjadi tolak ukur keberhasilan.  Bahwa sukses kuliah adalah yang mendapatkan IPK cumlaude.  Bahwa sukses di dunia kerja adalah yang bergaji di atas lima juta.  Bahwa ideal adalah yang menikah di umur sekian. Didikan perihal angka ini sebenarnya ada sejak kita masih belia. Kita diajarkan untuk mendapatkan Rangking di kelas dengan nilai memuaskan, tidak peduli melalui jalan apa. Yang diajarkan adalah bagaimana hasil akhirnya bagus, bukan jalan menyelesaikan masalah itu sendiri. Tidak sedikit orang tua yang memandang buruk anaknya yang memiliki nilai matematika di bawah rata-rata, sedangkan dalam hal lain ia solutif dalam pemecahan masalah, kritis dan punya nilai sosial lain yang ada dalam dirinya.  Sebenarnya untuk masuk ke lingkungan masyarakat, kita tidak perlu banyak menguras tenaga perihal adaptasi. Hanya saja tanggapan mereka terhadap kita yang sering membebani pikiran. Tuntutan untuk memenuhi ekspektasi mereka yang kad

Why did The World So Cruel

Dunia memang begitu. Ada kalanya seseorang dengan segudang pencapaiannya, disanjung dan dibangga-banggakan. Sesaat itu saja. Ketika ia sedang jatuh, kembali lagi orang akan melupakannya dan mencari role model  baru yang serupa dan memenuhi ekspektasinya. Tidak begitu heran mengapa bisa demikian, karena memang sejatinya manusia suka begitu. Janga terkecoh ya dengan pujian yang orang berikan :) Bisa jadi tujuannya untuk membuat lalai. Jangan terlalu dibuat terbang. Toh besok mereka akan lupa lagi dengan apa yang kamu capai sekarang :)

Dear World

Kadang suka kepikiran, di hari penting kita kok orang-orang ga respek atau suka lupa. Contoh mudahnya ketika hari ulang tahun. Diri sendiri mungkin sering jadi reminder hari pentingnya orang lain. Tetapi ketika hari itu adalah ultahnya kita, ingatpun mungkin tidak. Aku meraih penghargaan apapun mereka cuek, masa bodoh. Kadang suka kepikiran, nanti kalau aku sendiri nikah atau meninggal, banyak ga ya yang inget atau berkunjung. Atau hanya aku yang menganggap dekat dengan orang lain, tapi tidak dengan mereka. Suka kepikiran kalau nanti ada acara, banyak ga yaa teman yang dateng? Sedangkan untuk hal yang sederhana saja mereka sibuk dengan dunianya. Mereka pikir aku ga ada kegiatan juga saat hari penting mereka? Sekedar mengucapkan "selamat" atau ikut berbahagia saja mereka tidak sempat (atau tidak peduli). Mungkin kegiatanku lebih padat, namun mereka tetap prioritas. - Kadang suka kepikiran, kok orang lain ga punya pemikiran yang sama dengan diri sendiri. Aku yang menutup diri a

September Mood

September sudah berjalan hampir separuhnya. Aku pikir rasa sakit itu ikut luruh, ternyata tidak. Dengan apa lagi aku menebus sakit hati yang terlampau mencakar di kepalaku, bukan lagi di hati. Ego ini rupanya telah merambat jauh.  Dengan kalimat apa lagi aku bisa menenangkannya. Aku pikir seiring bertambahnya detik, aku semakin menaruh ikhlas. Aku pikir seiring bertambahnya kesibukanku, aku dapat mengistirahatkan sesak  Rupanya belum reda