Skip to main content

Tempat pulang?

Yang bikin sedih adalah, ketika kamu jadi anak perempuan satu-satunya tapi malah milih menetap di perantauan. Gabisa ngeliat langsung dan nemanin masa tuanya orang tua. Sekalinya ada kesempatan pulang, kamu udah janji bakal sebisa mungkin bantu pekerjaan rumah yang kebetulan kau hobi kan beres-beres? Haha. Memang sejak kau pergi, tak ada yang benar benar peduli dengan sampah di halaman depan atau teras yang hampir berkerak dipenuhi debu jalan, kecuali Ibu. 

Ku tahu Ibu adalah sosok perfeksionis. Namun, seiring bertambahnya usia dengan kondisi kesehatannya yang tidak sekuat dulu membuatnya perlahan mengurangi aktivitas fisiknya. Dan aku baru menyadari, kalau mengurus rumah bukan prioritasnya lagi. Ada aku yang harus ikut andil.

Saat di perantauan, ada banyak hal yang telah aku buat semacam to do list -- yang nantinya ingin direalisasikan ketika pulang. Ingin mencoba tempat makan disitu, eksplor wisata yang belum pernah dikunjungi dan banyak lagi. Tapi pas udah di rumah, setiap ditawarin 
"kamu mau beli ini?" 
"Ga jajan di luar?"  
Jawabannya selalu berujung 
"Ga, pulang cuma mau makan masakan Ibu" "Males keluar, enak di rumah aja"  
 :")  
Dan ini terjadi setiap aku pulang.
Ya. Pulang yang benar-benar pulang.


*Yang dicari ternyata sudah ada sejak dulu.
Emang boleh se-mencari ini?

Comments

Popular posts from this blog

As A Wife

Menjalani kehidupan dengan peran baru sebagai seorang istri, sebuah amanah yang tampaknya harus diemban wanita dua puluh empat tahun ini. Dari sepersekian proses adaptasi, mungkin untuk sepenuh hati tunduk kepada suami selama seumur hidup adalah proses belajar yang tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Bukan hal mudah bagi dua kepala dengan perbedaan pola asuh dan karakter ini dalam menarik benang merah saat proses penyesuaian berlangsung terutama dalam menyatukan perspektif. Bagaimanapun, tidak ada pasangan yang benar-benar sempurna. Yang ada ialah mereka yang mampu melengkapi ketidaksempurnaan tersebut dan menjadikannya ideal dengan versinya sendiri. Setiap hari dituntut untuk saling belajar dan mau berbenah diri. Belajar tidak memberi makan ego, belajar bagaimana komunikasi efektif, belajar menjadi pendengar, belajar membaca dan memaknai sinyal semesta. Dan sebaik-baiknya tujuan berpasangan adalah bersama-sama memburu cinta Sang Pencipta, bagaimana agar saling back up iman

Final Destination

Ya Allah, hamba telah berusaha menjaga diri dari apa-apa yang engkau larang. Berilah hamba kekuatan untuk selalu berada di jalan yang Engkau ridhoi. Lindungi hamba dari hal buruk yang akan membuat hamba jauh dari-Mu. Perkenankan hamba mendapat balasan yang manis dari-Mu kelak Ya Rabb. Hamba yakin janji-Mu selalu Engkau tepati. Jika kematian baik untukku, maka hamba ikhlas menerima takdir-Mu. Perkenankan hamba menjadi sebaik-baiknya seorang hamba sebelum kembali ke sisi-Mu. Hamba meminta akhir yang baik, dalam keadaan sedang mengingat-Mu dengan setinggi-tingginya iman.  Semoga pada akhirnya nanti, Allah panggil dengan lembut layaknya dalam Surah Al-Fajr ini: يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30) “ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku .” (QS. Al-Fajr: