Rasanya persis seperti disambar petir di siang bolong. Bagai kehilangan. Padahal memiliki pun tidak pernah. Usai. Tidak ada lagi perihal menanti atau mengejar. Walaupun, sedari awal tak terucap janji untuk saling menunggu. Entah aku yang tidak peka terhadap sinyal yang dikirimkan semesta, atau memang nyalimu teramat ciut untuk sekadar konfirmasi telah berakhirnya perjalanan ini. Sudah. Memang benar telah usai. Bahkan angin pun lebih dahulu tahu daripada aku yang rasanya mudah mengupdate kabar berita.
Doaku sering kurang spesifik. Mintanya yang terbaik, inilah yang diberikan. Aku yang kurang berbenah sehingga rasanya kurang pantas untukmu atau kamu yang kurang baik untukku. Rasanya alasan pertama lebih rasional.
Toh, gaada yang tahu kan kalau bersama akan jadi baik?
Takdir berpihak demikian. Kamu jungkir balikpun kalau kamu bukan takdirnya, ya gaakan pernah nyampe. Paham?
Comments
Post a Comment