Seberat apapun masalah selama separuh ramadan ini, masih bersyukur karena ternyata ada yang menjalankan ibadah dengan keadaan tidak tenang nun jauh di Palestine sana. Ah, betapa kita ini senang sekali menutup mata. Kejadian yang selalu saja berulang. Selalu bulan Ramadan. Saudara kita yang setiap malam harus selalu terjaga dan awas. Barangkali kita yang tidur nyenyak ini jarang tergerak menunaikan qiyamul lail, ya? Saudara kita yang tetap berdiri tegak ketika serangan zionis dilakukan saat mereka beribadah, barangkali kita menyeru panggilan azan saja enggan, kan? Menjadi tamparan diri sendiri. Semoga Al Aqsha segera terbebas. Semoga doa-doa kecil yang kita langitkan akan membantu sandara seiman kita di Palestina. Semoga Allah kuatkan.
Menjalani kehidupan dengan peran baru sebagai seorang istri, sebuah amanah yang tampaknya harus diemban wanita dua puluh empat tahun ini. Dari sepersekian proses adaptasi, mungkin untuk sepenuh hati tunduk kepada suami selama seumur hidup adalah proses belajar yang tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Bukan hal mudah bagi dua kepala dengan perbedaan pola asuh dan karakter ini dalam menarik benang merah saat proses penyesuaian berlangsung terutama dalam menyatukan perspektif. Bagaimanapun, tidak ada pasangan yang benar-benar sempurna. Yang ada ialah mereka yang mampu melengkapi ketidaksempurnaan tersebut dan menjadikannya ideal dengan versinya sendiri. Setiap hari dituntut untuk saling belajar dan mau berbenah diri. Belajar tidak memberi makan ego, belajar bagaimana komunikasi efektif, belajar menjadi pendengar, belajar membaca dan memaknai sinyal semesta. Dan sebaik-baiknya tujuan berpasangan adalah bersama-sama memburu cinta Sang Pencipta, bagaimana agar saling back up iman ...
Comments
Post a Comment