Skip to main content

Post Graduated Shock


 QnA

 

Kalau mau dibikin perbandingan, kondisi pasca kampus tentu saja banyak bedanya dengan kondisi ketika di kampus/masa kuliah. Selain perbedaan di lingkungannya, untuk bidang ilmu yg kita dapat selama di kampus itu juga boleh jadi cuma sedikit untuk kita bawa ke dunia kerja. Terutama di akademiknya ya. Bukan berarti menomorduakan akademik, tapi real nya emang yang banyak kepake itu soft skillnya. Soft skill ini ada banyak macamnya. Jadi, selama di kampus jgn lupa juga mengasah kemampuan kita terutama dalam hal negosiasi, komunikasi, adaptasi, mengolah kemampuan berpikir cepat dan bertindak tepat.



Perbedaan yg paling dirasakan: culture

Lingkungan kerja beda jauh dengan kuliah. Individualisme ny lebih berasa. Dimana kamu benar benar boleh bergantung hanya di kaki sendiri. Kalau waktu kuliah dulu, sesulit apapun masalah entah itu tugas, lagi praktikum atau sedang skripsian, kita punya teman yg setidaknya arah dan tujuannya sama, satu: lulus. Walaupun timeline nya kadang beda, tapi kita tidak benar benar sendirian. Nah, di dunia kerja, untuk tahu apa tupoksi kita, mulai darimana sih, apa nih yg harus dilakukan di tiap hariny tuh emang dituntut pro aktif. Nggak ada yg menyuguhi untuk ngasih tau semuanya secara detail. Paling ya dikit dikit aja, kadang dikit banget wkwkwkk. Ilmu mandiri dan adaptif ny kepake di sini. Nah untuk lingkungan kerja, orang-orangnya udah fokus di kehidupan masing-masing, karena emg dominan sudah berkeluarga . Yang peduli ke kita paling sebagian kecil. Untuk dunia kerja lebih baik jangan oversharing. Kita ga tau apakah semua org suka dengan kita. Kadang ga selalu tepat kalau menganggap semua orang baik. Perhatikan apa-apa yang keluar dari mulut kita karena dindingpun bisa bicara hahahhaha.

Dan satu lagi, ternyata sifat idealis itu ga berlaku di dunia kerja. Kadang kita greget ya dengan kondisi yang bikin kita ingin komen "kok gini sih"  "harusnya ga gini deh" "bisa diubah ke arah situ sih, tapi kan ga sesuai" dan semacamnya, yang pada akhirnya kita cuma bisa bilang "yaudahla ikutin aja".




Pekerjaan yang sekarang kurang selaras dengan background pendidikan selama kuliah. Jadi semuanya ngulang dari 0. Meskipun ga terlalu berat untuk pahamny krn pekerjaan ini pasti dilakukan berulang. Lebih cocok masuk lab yg emg udah basicny mipa.


Pertimbangan ambil asn ya awalny cuma daftar sekedar daftar, bukan yg ada persiapan dari jauh hari itu, enggak.


Kalau ditanya pertimbangan ambil asn yg di sini knp ga di tmpat lain yaa jujur mau cari yg ga jauh penempatanny dari rumah. Karena orgtua skrg cuma berdua di rumah. Hikss kasian.


Mau cerita dikit, karena kebetulan baru banget selesai wisuda, jadi apapun yang berpeluang ya aku ikutin. Entah bagaimana hasilnya nanti, yang penting usaha dulu. Ikutlah seleksi. Tapi yang paling diinget Sejak awalpun, diniatkan begini:


"Jika ini dapat membuatku bermanfaat bagi orang banyak, maka permudahkanlah jalannya"

"Jika pilihan ini dapat memudahkan urusan orang lain dan membantuku mendekatkan taqwa ku pada-Mu ya Allah, teguhkanlah setiap langkahku"



Untuk cita-cita? Kayaknya konsep cita cita yang ada melenceng dari pemahamanku. Entahlah. Tiap tahun dan tiap berubah tingkat pendidikan, cita-cita ganti terus. Emg dulu bukan tipe yang apa-apa terlalu terarah sih, gak dikonsepin. Cita-cita lain itu ada, tapi qadarallah Allah ngasihnya ini, dilla yakin pasti ini yang terbaik.



Yang dikangenin orang-orangnya ahahahaha. Suasana dan lingkungannya. Ya namanya fase, pasti ada masanya sendiri. Setiap masa ada orangnya. Setiap orang ada masanya.



Yang perlu disiapkan: mental, skill yang ga diajarkan di bangku kuliah, sama yg paling penting bisa dengan cepat mahamin karakter orang lain. Ini penting bgt karena kita bisa ngikutin arus selama di dunia kerja, membaca suasana, tapi bukan berarti terbawa arus ya.

Intinya harus pandai menempatkan diri di segala kondisi yang terjadi, harus peka.


Selama kuliah, ada ikut kegiatan non akademik. Organisasi di bidang keilmiahan fakultas salah satu yang diikutin. Berperan dalam organisasi itu penting juga dalam dunia kerja. Kita punya pengalaman kerjasama tim dan belajar memahami karakter orang lain. Di organisasi kemarin juga dituntut untuk manajemen waktu, prioritas dan tanggungjawab terhadap tupoksi yang diberikan. Ini bisa jadi bekal untuk rekan-rekan yang akan terjun ke dunia kerja.


Jika waktu bisa diulang, kayaknya gaada yang perlu diubah. Hahahaha bersyukur banget sama proses yang dilalui dan jalan yang dipilih. Yang diubah paling kenapa ga jadi lebih aktif dari kemarin. Kenapa ga jalin relasi lebih banyak dari kemarin, atau kenapa ga nyoba kompetisi sebanyak mungkin sebelumnya hahahah. Setidaknya, jalan yang diambil kemarin mengantarkanku ketemu orang-orang baik di sini. Jadi, untuk semua proses yang dilalui, banyak banget bersyukurnya.




Semoga saja saya melakukan tupoksi sesuai jalan yang benar. Semoga Allah jauhkan dari segala perbuatan yang tercela. Semoga sih ada perubahan ke arah yang baik untuk birokrasi ini, baik yg datang dari diri sendiri maupun orang lain terutama untuk asn muda. Yaa walaupun kita tahu, untuk mengubah sistem yang sudah lama mengakar itu butuh effort lebih. Semoga Allah kuatkan. 

Comments

Popular posts from this blog

As A Wife

Menjalani kehidupan dengan peran baru sebagai seorang istri, sebuah amanah yang tampaknya harus diemban wanita dua puluh empat tahun ini. Dari sepersekian proses adaptasi, mungkin untuk sepenuh hati tunduk kepada suami selama seumur hidup adalah proses belajar yang tentunya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Bukan hal mudah bagi dua kepala dengan perbedaan pola asuh dan karakter ini dalam menarik benang merah saat proses penyesuaian berlangsung terutama dalam menyatukan perspektif. Bagaimanapun, tidak ada pasangan yang benar-benar sempurna. Yang ada ialah mereka yang mampu melengkapi ketidaksempurnaan tersebut dan menjadikannya ideal dengan versinya sendiri. Setiap hari dituntut untuk saling belajar dan mau berbenah diri. Belajar tidak memberi makan ego, belajar bagaimana komunikasi efektif, belajar menjadi pendengar, belajar membaca dan memaknai sinyal semesta. Dan sebaik-baiknya tujuan berpasangan adalah bersama-sama memburu cinta Sang Pencipta, bagaimana agar saling back up iman

Final Destination

Ya Allah, hamba telah berusaha menjaga diri dari apa-apa yang engkau larang. Berilah hamba kekuatan untuk selalu berada di jalan yang Engkau ridhoi. Lindungi hamba dari hal buruk yang akan membuat hamba jauh dari-Mu. Perkenankan hamba mendapat balasan yang manis dari-Mu kelak Ya Rabb. Hamba yakin janji-Mu selalu Engkau tepati. Jika kematian baik untukku, maka hamba ikhlas menerima takdir-Mu. Perkenankan hamba menjadi sebaik-baiknya seorang hamba sebelum kembali ke sisi-Mu. Hamba meminta akhir yang baik, dalam keadaan sedang mengingat-Mu dengan setinggi-tingginya iman.  Semoga pada akhirnya nanti, Allah panggil dengan lembut layaknya dalam Surah Al-Fajr ini: يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30) “ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku .” (QS. Al-Fajr: