[Day Miss You Near]
baca: Demisioner
Melirik satu tahun ke belakang bagaimana kuatnya jiwa-jiwa ilmuwan yang ada
dalam diri-diri tiap anggota pengurus menjadi kenangan yang akan selalu mendapat ruang
dalam memori hati yang tak akan terhapus oleh kuatnya abrasi dan gerusan perubahan, karna
yang sejati adalah sebuah perubahan maka kami harap selalu menjadi yang terdepan.
Mudahnya mari kita analogikan bagaimana perjalanan 378 hari ini adalah perjalanan sebuah
kapal besar dengan 1 nahkoda utama, 18 awak kapal yang diisi dengan kurang lebih 147
penumpang. Terus terang ini adalah pengalaman pertama bagi kami dalam mengendalikan
kapal sebesar ini, tidak ada sertifikasi khusus yang menyatakan bahwa kami layak. Berbekal
kepercayaan penumpang dan awak terdahulu kami mencoba memberanikan diri ke tengah
lautan melepaskan ikatan. Pelan-pelan namun pasti, kapal ini mulai berani membelah birunya
laut, kerjasama mulai kami bangun seiring dengan memperkuat komunikasi, kami persiapkan
bekal makanan agar nanti bisa kami pastikan tidak ada yang kelaparan, kedinginan dan tidak
ada yang boleh pergi atau bahkan mati. Satu yang coba kami kuatkan, jika di keberangkataan
kami adalah satu maka setelah sampai di pelabuhan kami pun tetap satu.
Di tengah laut dalam, ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Kapal ini sering salah
baca arah. Beberapa kali terhantam karang, kadang diterjang badai, Kadang kapal ini berhenti
sejenak karena terik, lelah karena tak punya tenaga untuk mengayuh lagi. Maka dikala
kesusahan itu, kami berada pada pikiran kami masing-masing. Semakin jauh perjalanan saat
arah tidak lagi terlihat dan hanya mengandalkan navigasi. Kondisi kapal kami semakin reot
dengan lubang sana-sini. Nahkoda dan awak kapal sesekali mulai bosan, tak jarang ada
fatamorgana kapal lain yang terlihat dari kejauhan seolah menawarkan untuk ditumpangi.
Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran 18 awak kapal ketika melihat kapal itu. Sebagai
manusia normal, mungkin mereka berfikir untuk apa tinggal di kapal reot ini. Tapi bisa
dipastikan kita tidak bisa lagi bersama-sama jika meninggalkan kapal reot ini. Beruntungnya
para awak seperti sudah tau pasti apa yang akan terjadi saat mereka memaksa menumpang
bahwa kita tidak akan bertemu seperti dulu lagi dan kita membawa banyak penumpang yang
harus kita layani.
Maka sampai hari ini kapal kami terus berlayar, daratan mulai samar-samar terlihat.
Tidak perlu lagi navigasi. Meski pelabuhan yang menjadi titik pemberhentian belum
tertambat, setidaknya di daratan ini kami bisa beristirahat. Beberapa awak dan penumpang
tidak terlihat hadirnya, mungkin sedang membersihkan geladak kapal atau mengecek logistik.
Mata kami terus tertuju ke depan, sekarang kita semakin dekat dengan daratan. Kapal yang
kita bawa ini harus cepat diperbaiki, karena besok ataupun lusa dia harus kembali berlayar.
Menjadi kapal yang tangguh setangguh perjuangan orang-orang sebelum kita.
-Halaman Pendahuluan,
Laporan Pertanggungjawaban BO tercinta
Comments
Post a Comment