Dilla Nursyafitri

Sesekali, cerita di blog ini adalah aku dengan versi yang paling rapuh

Karena level tertinggi dari sebuah pertemanan adalah saling mendoakan diam-diam, berharap ukhuwah ini terjalin sampai meraih jannah-Nya. Terimakasih telah menjadi reminder amalan bagi diri di kala lalai. Terimakasih telah menjadi penguat dan pengingat. Tetap saling mendoakan. Semoga dirimu sukses dengan jalanmu. Semoga di lain tempat aku dapat berjumpa seseorang yang sama baiknya denganmu. Terimakasih grup lillah.

Suka atau tidak, kita akan kerap bertemu dengan seseorang yang meminta pendapatmu, namun pada akhirnya ia mengambil keputusannya sendiri.  Bukan karena ingin berbasa-basi atau tidak menghargai argumenmu. Terkadang ia hanya sekedar ingin tahu bagaimana sudut pandangmu mengenai suatu masalah. 

Rumah adalah tempat magis bermagnet. Semakin kau jauh, semakin kau ditarik pulang .

Tahu kenapa setiap apa-apa yang kita kerjakan di dunia ini cenderung merasa kurang? Anggaplah seseorang telah sukses mendapat apa yang ia inginkan. Namun, ia tak kunjung merasa puas dengan pencapaiannya. Ada saja yang dirasa kurang. Tahu kenapa demikian? Ya, karena kita masih di dunia. Perkara dunia memang begitu. Apa yang telah kita dapat tidak berujung kepuasan. Kerap merasa bosan padahal telah memperoleh segalanya. Kita masih di dunia. Kenikmatan yang diperoleh di dunia adalah fana. Sesaat, pada akhirnya akan bosan. Lain halnya dengan kenikmatan yang akan kita dapatkan di surga. Apapun yang kita kerjakan di surga tidak akan ada lelah dan bosannya.

Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik.

Orang lain bersikap kurang baik kepadamu? Tidak masalah. Yang perlu kamu lakukan adalah mencegah dirimu melakukan perbuatan serupa

Overcoming a failure, faced it and start again!

Hei :)

As a Learner...